Opini: Self-love Itu Bukan Egois – Di tengah gempuran media sosial, standar pencapaian yang tinggi, dan tuntutan sosial yang makin kompleks, istilah Opini: Self-love Itu Bukan Egois atau mencintai diri sendiri semakin sering digaungkan. Namun, tak jarang juga kita mendengar komentar seperti “Kok jadi egois banget sih?”, “Terlalu mikirin diri sendiri”, atau bahkan dianggap sombong saat seseorang mulai mengutamakan kebutuhannya sendiri. Padahal, self-love itu bukan egois. Justru sebaliknya, self-love adalah fondasi penting bagi kesehatan mental dan relasi yang sehat.
Opini: Self-love Itu Bukan Egois

Apa Itu Self-love?
Self-love bukan berarti narsis atau merasa diri paling benar. Self-love adalah bentuk penerimaan dan penghargaan terhadap diri sendiri. Ini mencakup kemampuan untuk berkata tidak pada hal-hal yang merugikan, memberi ruang untuk diri sendiri beristirahat, menetapkan batasan yang sehat, hingga menerima kekurangan tanpa terus-menerus menyalahkan diri.
Dengan mencintai diri sendiri, seseorang belajar bahwa dirinya berharga dan layak diperlakukan dengan hormat, termasuk oleh dirinya sendiri.
Self-love Membantu Kita Menjadi Versi Terbaik
Seseorang yang memiliki self-love yang sehat tidak serta merta menjadi egois. Justru, orang tersebut cenderung lebih mampu memberi kasih sayang, perhatian, dan empati kepada orang lain. Karena ia sudah tidak lagi merasa “kosong” atau haus validasi, ia bisa hadir untuk orang lain secara lebih utuh.
Bayangkan sebuah gelas. Kalau gelas itu kosong, apa yang bisa dituangkan ke gelas lain? Tapi jika gelas itu penuh, maka dengan mudah ia bisa berbagi. Begitu pula dengan hati dan energi manusia. Kalau kita tak mencintai diri sendiri, sulit rasanya untuk benar-benar mencintai orang lain.
Perbedaan Antara Self-love dan Egois
Kita perlu membedakan mana self-love dan mana egoisme. Egois adalah saat seseorang hanya memikirkan dirinya tanpa peduli dampaknya pada orang lain. Sedangkan self-love tetap mempertimbangkan perasaan orang lain, namun tidak mengorbankan diri sendiri secara terus-menerus.
Contoh sederhana: seseorang menolak ajakan nongkrong karena sedang butuh waktu untuk istirahat. Itu bukan egois, itu bentuk self-love. Tapi jika seseorang menuntut semua orang mengikuti keinginannya tanpa kompromi, barulah itu bisa disebut egois.
Masyarakat Sering Salah Paham
Sayangnya, budaya kita masih sering menyepelekan kesehatan mental dan menilai self-love sebagai bentuk kemalasan atau pembangkangan. Padahal, banyak orang kelelahan secara emosional justru karena tidak mampu menetapkan batas dan terus-menerus memaksakan diri.
Kita juga dibentuk untuk selalu mengutamakan orang lain demi dianggap “baik”, meski sering kali itu mengorbankan diri sendiri. Inilah yang membuat banyak orang terjebak dalam perasaan bersalah saat mulai belajar mencintai diri.
Mengapa Self-love Itu Penting?
-
Menurunkan stres dan kecemasan.
Dengan memahami dan menerima diri, kita lebih bisa mengelola ekspektasi dan tekanan dari luar. -
Meningkatkan hubungan dengan orang lain.
Orang yang mencintai diri sendiri tahu batasannya dan bisa membangun relasi yang sehat. -
Mendorong pertumbuhan pribadi.
Self-love bukan pasrah, tapi tahu bahwa kita layak berkembang dan jadi lebih baik. -
Mengurangi ketergantungan pada validasi eksternal.
Kita tidak lagi mudah goyah hanya karena tidak disukai orang lain.
Belajar Self-love Bukan Proses Instan
Self-love adalah perjalanan panjang yang penuh tantangan. Kadang kita merasa tidak pantas dicintai, kadang kita terlalu keras pada diri sendiri. Tapi langkah kecil seperti memberi waktu istirahat, menghindari lingkungan toksik, atau sekadar memaafkan diri atas kesalahan masa lalu, itu sudah termasuk self-love.
Tidak perlu menunggu sampai kita “sempurna” untuk mencintai diri. Justru, dengan menerima ketidaksempurnaan itulah kita belajar jadi manusia seutuhnya.
Penutup
Self-love itu bukan egois. Mencintai diri sendiri bukan berarti menutup mata dari kebutuhan orang lain, tapi justru memberi kita kapasitas untuk hadir lebih baik dalam hidup ini—baik untuk diri sendiri maupun orang lain. Sudah waktunya kita berhenti merasa bersalah untuk mencintai diri sendiri.